Om bhur bhuvah svah,tat savitur varenyam,bhargo devasya dhimahi,dhiyo yo nah pracodayat.

Tentang Kami

san francisco
lahir 16 oktober 1983 di desa titab, kecamatan busungbiu-buleleng.
aneh memang.. nama saya san francisco., ahhh apalah artinya sebuah nama!
Blog ini dikelola dengan swakelola dimana nantinya diharapkan adanya partisipasi dari rekan-rekan atau semeton yang berasal dari Desa Titab dimanapun berada atau dari semeton PSSA Kubon Tubuh Kuthawaringin dari mana pun berasal yang ingin sumbang saran atau memberikan komentar atas blog ini. Tujuan utama dari blog ini adalah melestarikan sejarah leluhur dan sejarah Desa Titab dengan mengumpulkan sebanyak mungkin pengetahuan mengenai budaya, sejarah dan adat Desa Titab serta menyiarkannya secara luas agar dapat diketahui bagi siapa saja yang berminat. Yang terutama adalah untuk lingkungan warga Desa Titab sendiri, sebuah persembahan secra tulus dari saya, dari kami sebagai salah satu Prati Sentana Sira Arya Kubon Tubuh Kuthawaringin.

mohon komentarnya ya.... mohon komentarnya ya....mohon komentarnya ya.... mohon komentarnya ya.... mohon komentarnya ya....mohon komentarnya ya.... mohon komentarnya ya.... mohon komentarnya ya....mohon komentarnya ya.... mohon komentarnya ya.... mohon komentarnya ya....mohon komentarnya ya.... mohon komentarnya ya.... mohon komentarnya ya....mohon komentarnya ya.... mohon komentarnya ya.... mohon komentarnya ya....mohon komentarnya ya.... mohon komentarnya ya....
Bendungan titab
00.22 | Author: san francisco

Singaraja, Karena sering dilanda banjir di musim hujan, dan diterkam kekeringan di musim kemarau, maka di Desa Titab akan dibangun bendungan Titab. Demikian dikatakan Plt. Sekda Buleleng, Drs. Kt. Gelgel Ariadi Msi ketika membuka presentasi pembangunan bendungan itu pada hari Rabu (21/1) di Ruang IV Kantor Bupati Buleleng. Dikatakan lebih jauh bendungan yang akan menampung aliran sungai Tukad Saba, yang membelah Kecamatan Seririt dan Busungbiu itu selama musim hujan selalu mengakibatkan banjir. Dengan pembangunan bendungan, maka air sungai dapat ditampung dan dimanfaatkan pada musim kemarau terutama oleh masyarakat di sekitar waduk. Manfaat lain dari waduk Titab dikatakan sebagai irigasi, air baku, kelistrikan dan manfaat lain seperti mendorong pariwisata lingkungan, perikanan dan penghijauan. Dalam presentasi yang dilakukan oleh Dinas PU Provinsi terungkap pembangunan bendungan Titab akan rampung di tahun 2012.

Jumlah Satuan Kerja dan Alokasi Dana Tahun 2009
Satminkal : Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Nama Satuan Kerja : SNVT PPSDA BALI-PENIDA PROVINSI BALI
Sub Kegiatan : PENGAWASAN SUPERVISI / KONSTRUKSI
Paket : Supervisi Pelaksanaan Pemb. Bendungan Titab
Rupiah Murni : 249,865,000
Pinjaman Luar Negeri : 0

Tujuan : Memperlancar Pelaksanaan Pemb. Bendungan Titab
Lingkup : Memperlancar Pelaksanaan Pemb. Bendungan Titab
Manfaat : Memperlancar Pelaksanaan Pemb. Bendungan Titab
Lama Pelaksanaan : 240 hari

Jadwal Lelang
a. Tgl Pengumuman : 2 Februari 2009
b. Tgl Prakualifikasi : 19 Februari 2009
c. Tgl Undangan Aanwizing : 23 Februari 2009
d. Tgl Penjelasan Aanwizing : 24 Februari 2009
e. Tgl Penawaran : 27 Februari 2009
f. Tgl Pengumuman Pemenang : 23 Maret 2009
g. Tgl Penunjukkan Pemenang : 31 Maret 2009


Sub Kegiatan : STUDI KELAYAKAN
Paket : Std. Penyeldk. Geologi Tambhn Penyemp. Desain Bd. Titab dlm prs Sertifiks. Desain
Rupiah Murni : 649,730,000
Pinjaman Luar Negeri : 0

Tujuan : Sertifikasi dalam rangka Desain Bendung Titab
Lingkup : Sertifikasi dalam rangka Desain Bendung Titab
Manfaat : Sertifikasi dalam rangka Desain Bendung Titab
Lama Pelaksanaan : 240 hari

Jadwal Lelang
a. Tgl Pengumuman : 5 Januari 2009
b. Tgl Prakualifikasi :
c. Tgl Undangan Aanwizing : 11 Februari 2009
d. Tgl Penjelasan Aanwizing : 12 Februari 2009
e. Tgl Penawaran : 23 Februari 2009
f. Tgl Pengumuman Pemenang : 20 Maret 2009
g. Tgl Penunjukkan Pemenang : 1 April 2009
Selengkapnya ....
Mencari Jejak �The Lost of Tulamben�
23.26 | Author: san francisco

DIDUGA akibat bencana alam tertimbun lahar Gunung Agung yang meletus tahun 1662, Desa Pakraman* Tulamben lenyap. Belakangan saat warga menggali sumur, pada kedalaman sekitar tujuh meter, di wilayah itu ditemukan peninggalan berupa keramik, sisa bangunan, serta pecahan alat-alat dapur dari tanah liat. Kini kelompak warga dari berbagai daerah berusaha mencari jejak bekas pura merajan* leluhurnya yang pernah tinggal di sana.

Salah satu warga yang tengah mencari tonggak merajan leluhurnya yakni Warga Pratisentara* Sira Arya Kuta Waringin/Arya Kubon Tubuh (WPSAKW*) Kabupaten Karangasem. Seperti dilakukan Senin (23/8) kemarin, ketua WPSAKW Karangasem I Ketut Rame dan pengurus propinsi IWG Rumega, S.H.*, M.H.* tampak meninjau tonggak areal bekas merajan karang kepatihan* I Gusti Madia Karang, leluhurnya.

Lokasi bekas pusat Desa Pakraman Tulamben �Kuno� diperkirakan berada si sebelah barat, sekitar 800 meter dari objek wisata Tulamben kini. Lokasi itu terletak di perbukitan. Pantai tampak indah dari atas bukit. Di bukit yang kering dan penuh bebatuan itu, kini petani bertanam kacang-kacangan. Namun, di antara petak-petak ladang, masih terlihat bekas tembok batu atau gundakan-gundakan seperti dasar bangunan yang dulunya bekas bangunan pemukiman atau pura.

Warga (klen) yang telah menemukan atau memastikan di sanalah bekas pura merajan leluhurnya, ada yang telah membangun palinggih-palinggih* pura sederhana tetapi telah lengkap. Ada yang membuat masih berupa bebaturan atau sanggah* dari bambu, termasuk warga dadia* I Nyoman Kariasa, kini tengah memugar puranya.

Ia mengatakan sudah ada beberapa warga yang telah memastikan atau menemukan bekas merajan leluhurnya. Biasanya, kata Kariasa, mereka datang ke lokasi di Dusun Tulamben itu, setelah mendapat pawisik* atau mendapat musibah sakit yang tak kunjung sembuh. Setelah menanyakan ke orang pintar, diperoleh petunjuk kalau leluhurnya minta warihnya (keturunannya) mengurip (membangun) kembali bekas pura atau merajannya yang hancur dulu.

Seperti ... salah seorang Warga Pratisentara Sira Arya Kuta Waringin I Nyoman Merta yang bermukim di Dusun Seloni, Culik. Merta mengaku semula dia terus sakit keras dan nyaris meninggal. Suatu ketika secara tak sadar dia berjalan dan tiba di salah satu lokasi yang diperkirakan sebagai �The Lost of Tulamben� itu atau Tulamben yang hilang.

Di sebuah lokasi dia sembahyang, sekitar pukul 11.00, 8 maret 1988. Saat meditasi, di pangkuannya ternyata telah ada dua buah batu. Sebuah batu berbentuk seperti palinggih dan di atas palinggih itu ada batu kecil.

Pawisik menyampaikan di sanalah areal bekas merajan I Gusti Madia Karang. Tokoh inilah yang ditugasi Raja Gelgel* menjaga keamanan wilayah Bali Timur Laut dari serangan musuh. Bersamanya juga ikut tiga tokoh lainnya, yakni Pasek Subrata, Kyayi Madia Karang atau I Gusti Madia Karang, unsur Pasek Gelgel, serta unsur Tangkas.

Saat itu, Desa Tulamben yang sudah berpenduduk 10.100 KK* - termasuk desa sangat besar dengan penduduk banyak pada zaman itu. Mereka hidup makmur. Soalnya, hal itu karena anugerah Tuhan dalam bentuk �batu lamben� (sebuah batu besar yang di dalamnya berisi cili emas (dewa-dewi). Anugerah itu diketahui wong Wajo (orang Bajo di Pulau Sulawesi) yang berprofesi sebagai perampok atau bajak laut.



Dua versi

Nah dari sinilah, orang Bajo itu tertarik dengan batu milik Desa Tulamben itu. Mereka berniat memilikinya. Mereka mau beli berapa pun harganya. Namun, orang Tulamben tetap tak mau memberi atau menjual. Berbagai upaya dibuat orang Wajo itu, agar bisa memilikinya.

Dari sinilah awal masalah sampai kehancuran Desa Pakraman* Tulamben Kuno itu. Soal ini ada dua versi. Versi pertama mengatakan, desa itu lenyap tertimbum lahar Gunung Agung yang meletus tahun 1662. Akibatnya, penduduknya sebagian tewas dan sisanya mengungsi dan terpencar ke delapan kecamatan di Karangasem.

Versi kedua, akibat hukuman Ida Batara*. Tokoh Tulamben saat itu telah salah, yakni bersikap tak jujur dan berjudi sabungan ayam. Orang Tulamben meladeni tantangan wong Wajo berjudi sabungan ayam. Taruhan orang Tulamben yakni seluruh isi desa, sementara taruhan wong Wajo kalau ayamnya kalah seluruh isi empat kapal miliknya.

Wong Wajo minta membeli ayam jantan untuk aduan dengan syarat ayam putih mulus dengan cuma sehelai bulu ekornya hitam. Namun, tak satu pun penduduk Tulamben kala itu memiliki ayam jago seperti itu. Namun, mereka tak kurang akal memperdaya wong Wajo. Seekor ayam putih total, dicabuti salah satu bulu ekornya. Dari lubang bekas cabutan bulu ekor itu dimasukkan ekor bulu ayam hitam. Agar tak bisa bertarung, leher ayam jago yang bakal dijual ke orang Wajo itu digantungi seikat uang kepeng*.

Besoknya adu ayam jago pun digelar. Pada akhirnya, ayam itu sama sama lelah dan digelar ronde pruput*. Ternyata, ayam jago milik wong Tulamben tajinya nyangkut di sangkar, sehingga tak bisa menyerang. Kerena lelah, tak berdiri, tak bisa menyerang, yang jago milik wong Tulamben duduk. Sementara, meski tak bisa menyerang ayam jago milik wong Wajo tetap berdiri. Saya (wasit tajen*) pun memutuskan kalau adu ayam jago itu sapih alais imbang*.

Wong Wajo sempat hendak kembali ke kapalnya di pantai Tulamben. Setelah berunding di perjalanan, wong Wajo itu kembali lagi ke arena judi ayam jago, dan menyatakan tak terima ayamnya dikalahkan, karena ayamnya masih berdiri, sementara ayam milik wong Tulamben terduduk. Dari sinilah huru-hara dimulai. Orang Wajo pun begitu versi Babad Pasek yang disusun IGB Sugriwa dan tercantum juga di dalam Babad Pamancangah Arya Kubon Tubuh/Kuta Waringin, mulai membuat strategi mengacaukan Desa Tulamben. Mereka tak memilih langsung menyerang secara terbuka, karena menyadari jumlah mereka cuma beberapa puluh orang, sementara penduduk Desa Tulamben saat itu sangat banyak.

Strateginya, dengan berpencar dan membakar salu satu bangunan, misalnya bale agung*. Saat bale agung terbakar dan perhatian warga geger dan terpusat memadamkan api di bale agung, wong Wajo yang �bertugas� membakar bangunan milik desa di penjuru lainnya pun beraksi. Warga Tulamben itu pun kocar-kacir. Saat itulah, batu lamben yang di dalamnya berisi cili emas dicuri wong Wajo dinaikkan ke kapal. Karena pajenengannya (pusakanya) dicuri dan hilang, Tulamben �Kuno� pun hancur. Pada saat bersamaan, Gunung Agung pun meletus. Akibatnya, desa itu tertimbun lahar sekitar 7 meter. Masa kejayaan Desa Tulamben �Kuno� itu pun lenyap.

Kariasa mengatakan dari cerita tetuanya dan sumber berbagai tulisan, diketahui setidaknya tiga kali desa di tepi pantai itu mengalami jatuh bangun. Pernah juga diserang kerajaan Belambangan dan terjadi perang puputan."budana"
Bali Post 24-08-2004
http://www.nieuwsvanbali.nl/content/content/geschiedenisN.htm
Selengkapnya ....
Prati Sentana Sira Arya Kubontubuh Kuthawaringin _ desa titab _ busungbiu _ buleleng